Mix and Much - Malam itu ketika saya pulang kerja, sudah cukup malam juga sih. Sekitar jam sembilan malam.
Jakarta
sebagai kotra metropolitan memang seolah tak pernah tertidur. Selalu
ada aktivitas kehidupan didalamnya. Seperti biasanya, malam ituoun
jalanan masih dipenuhi oleh berbagai macam kendaraan, umum maupun
pribadi.
Kisah ini terjadi ketika sampai di traffic
light Rawamangun. Sebenarnya lampu dari arah saya berkendara saat itu
menyala merah. Artinya semua pengendara yang searah dengan saya harus
berhenti.
Mungkin karena sudah menjadi kebiasaan atau
apalah.. bisa jadi tingkat disiplin warga pengguna jalan yang rendah,
sehingga mereka tidak lagi perduli dengan rambu-rambu lalu lintas yang
harusnya dipatuhi demi ketertiban dan keselamatan bersama.
Kebetulan
dari arah seberang, yang mendapatkan giliran lampu hijau ada seorang
WNA yang mengendarai sepeda gunung dengan penuh rasa percaya diri
menyeberang perempatan itu.
Apa yang terjadi? Ternyata
disaat bersamaan para pengendara dari arah saya juga tidak menggubris
lampu merah. Yang kemudian terjadi adalah si WNA tersebut shock dambil
teriak-teriak "Oh my god.. oh my god.. oh my god..." lalu ditengah perempatan
jalan dia turun dari sepedanya.
Melihat kejadian
tersebut, saya tersenyum tapi dalam hati juga prihatin dengan kejadian
tersebut. Nampak si bule masih dengan raut cemas hanya menuntun
sepedanya ketepian jalan. Mungkin dia tidak pernah mendapatkan pengalaman extreme seperti saat itu dinegaranya :)
Duh.. jadi ingat kata pak
presiden yang ditanya oleh kawan-kawan PM tentang buruknya lalu-lintas
di Jakarta, yang dijawab itu adalah tanggung jawabnya gubernur dan bla..
bla.. bla..
Ah.. sudahlah.. semua berawal dari
kesadaran diri kita. Itu aja sih yang selama ini saya yakini. Karena
saya juga acap kali melanggar rambu :)
Tapi semoga hal-hal seperti itu tidak terus menjadi tradisi.
Parah, kapan benernya?
0 Comments
Silahkan meninggalkan jejak kamu dibawah ini :